Ini adalah hasil tugas laporan mata kuliah Patologi Rehabilitasi Sosial/PRS (mata kuliah pilihan). Narasumber penulis Rahasiakan, Lokasi penelitian: Semarang. Yang menarik untuk kita simak kali ini adalah bagi organisasi atau modus operasinya para copet yang terorganisir ini.
Hasil lapangan yang diperoleh:
Dari penuturan narasumber kami, kerja copet adalah satu team. Copet diangkutan umum khususnya bis kota biasanya terdiri minimal 3 orang, walaupun tak menutup kemungkinan untuk bekerja sendiri. Modus yang pertama adalah dengan cara pencopet tersebut telah mengawasi ‘korban’ sebelum naik bis atau menunggu bis yang akan ditumpangi. Di sini korban tanpa sadar telah diamati. Maka pada saat naik bis, ketika akan naik pintu, salah satu copet ada yang bertugas untuk mengalihkan perhatiannya, yaitu dengan cara menghalangi atau mempersulit masuk pintu. Anggota satunya (posisinya umumnya dibelakang target) inilah yang menjadi eksekutor pengambil ‘barang’ yang akan diambil. Jika barang telah didapat, maka hasil copetan tersebut dioper/diserahkan keteman yang satunya.
Modus yang kedua; perlu diperhatikan pada umunya para pencopet ini seperti kebanyakan penumpang lainnya. Sehingga sulit kita membedakan mana copet mana penumpang lainnya. Ciri umum yang perlu kita waspadai adalah apabila ada seseorang menggunakan jaket yang diletakan ditangannya atau Koran juga yang membawa tas punggung yang ditaruh di depan. Modusnya ketika mereka naik dan memilih tempat duduk. Copet dalam hal ini sengaja memilih tempat duduk yang berdekatan dengan penumpang. Pada saat korban lengah, tertidur misalnya. Maka pencopet tersebut bereaksi dengan menggerayangi dan menggunakan jaket itu untuk menutup dengan cara diletakan kesebagaian korban.
Modus yang ketiga yakni dengan cara menggunakan alat yaitu silet yang dipatahkan menjadi dua. Dan menempelkannya pada sela-sela jari tangan. Alat digunakan dengan cara menyilet tas korban. Menurut beberapa informan yang penulis dapat, cara mencopet tersebut juga ada tekniknya. Saat merobek tas itu garis yang dibentuk tidak vertical atau horizontal, melainkan dengan cara miring/diagonal. Kenapa? karena kalau tidak demikian maka dalam penyobekannya tersebut tidak akan maksimal
Bahasa Sandi/Prokem
Selain teknik mencopet diatas yang telah dipaparkan. Adalah bahasa sandi yang umumnya digunakan para preman (juga copet) dalam menjalankan aksinya. Inilah sebagaian yang kami dapat saat interview dengan nara sumber.
Pom-poman : mengutil/mengambil barang (di toko/swalayan & mal)
Tonggre : Nongkrong
KL : Televisi
Orong-orong : kendaraan
Gerobak : Mobil
Kim-kiman : Emas
Jengkol : Jam
Botol : Hand phone
Cacing : Kalung
Dhauri : Teman sendiri (satu profesi) / Cs
Lanjaran : Pakaian
Gasbuk : Mabuk
Mbola : Menopet
Jonthi : Depan
Bangkongane dimet : Tas dijambret/dicopet
Gendhok kar unus : Tidak punya/ada apa-apa
Informasi Tambahan
Copet juga memilih daerah kerja masing-masing. Penulis kurang begitu mendalami. Lalu bagaimana dengan para sopir dan kondektur angkutan umum? Sebetulnya para awak bus tersebut sudah tahu siapa copet tersebut. Menurut dari beberapa awak bus yang penulis tanyai, mereka sebetulnya tahu tapi di satu sisi juga takut pada copet tersebut. Bisa-bisa dirinya yang akan terkena acaman dan intimidasi.
Pernahkah anda melihat tulisan seperti Gajah Oling di truk maupun tronton. Itu merupakan salah satu nama organisasi yang bertugas sebagai keamanan dalam perjalanan. Bagaimana dengan bus? GIJ, RB dan SJ (Bus AKAP) dan AM (jurusan Ambarawa, Bandungan – Semarang) yang biasa terpampang di kaca. Merupakan salah satu grup yang menjadi keamanan bus tersebut. Tentu hal tersebut telah terjadi kesepakatan masalah pembayaran uang keamanan atas jasa yang mereka pakai. Hasilnya ternyata pencopet juga tidak berani untuk masuk.
Kesimpulan
Menurut para sosiolog berpendapat bahwa kejahatan disebabkan karena kondisi-kondisi dan proses social yang sama, yang menghasilkan perikelakuan-perilakuan social lainnya. Analisa terhadap kondisi-kondisi dan proses-proses tersebut menghasilkan dua kesimpulan, yaitu bahwa terdapat hubungan antara variasi kejahatan tersebut terjadi. Tinggi rendahnya angka kejahatan berhubungan erat dengan bentuk-bentuk dan organisasi-organisasi social dimana kejahatan tersebut terjadi. Maka angka-angka kejahatan dalam masyarakat, golong-golongan masyarakat dan kelompok social mempunyai hubungan dengan kondis-kondisi dan proses-proses seperti gerak social, persaiangan sertapertentangan kebudayaan; ideology politik, agama dan ekonomi; kepadatan dan komposisi penduduk, dan distribusi kekayaan, pendapat dan pekerjaan.
Masalah tersebut di atas memang terkenal rumitnya, oleh karena menyangkut paling sedikit aspek-aspek sebagai berikut:
- Siapakah dari stratum tertinggi dalam masyarakat, yang karena profesi dan kedudukannya mempunyai peluang untuk melakukan tindakan kejahatan tersebut.
- Faktor-faktor social dan individual apakah yang menyebabkan demikian
- Bagaimanakah tindakan-tindakan untuk memberatasnya melalui sarana-sarana pengedalian social tertentu.
jadi scr g langsung copet tu jd observer yah...mungkin dy udah blajar psikologi dulu tuh jadi pake model observasi partisipan secara dy turut jadi penumpang bus sebelum nyopet hwahwahwaha...
BalasHapusfany: hahahahahahahahaha...!!!! lihat, cepat, langsung sikat.
BalasHapusho'oh,,,,
BalasHapuspencopet tuh lihai bgt kalo jd 'obsever' yah...
hehehehehehe
wah coptenya mesti belajar ma kamu ya Fan?
hehe.. mungkin mereka pikir banyak jalan keroma.. segala cara boleh..
BalasHapusmampir2 ke blogq mas.. tgal di klik ajah kok.haha
yg perlu di protes ada lah copet kelas berdasi.hehe
hahahahahahahaha....
BalasHapuscopet berdasi ?
boleh juga istilahnya
betul2 betul
BalasHapushttp://igasbujang.blogdetik.com/2010/09/23/ada-koruptor-di-negaraku/#more-140