Minggu, 18 September 2011

Kekuatan Mimpi

Kadang aku letih untuk melangkah.
sesekali menegok kebelakang.
Tapi aku tak mau berjalan mundur kebelakang.
Yang ada hari ini dan esok.
Kemarin berubah jadi bingkai sejarah
Sisi Historis langkah yg tlah ditempuh

Kadang mimpi-mimpi itu terasa sangat jauh.
Terjal, berliku, curam dan jenuh.
namun aku percaya...
Setapak langkah kecil itu menjadi nyata.
pelan tapi pasti semakin terasa
semuakan berujung indah pada waktunya.

Jangan pernah berhenti
untuk menggapai mimpi-mimpi.
bulatkan tekad dan kuatkan pijakanmu.
sampai semuanya menjadi satu
Berpadu harmoni jiwa yg membiu
tersenyum tetes keringat masa lalu
kini bingkai sejarah hidupmu
telah terukir dg tinta emas
Bahkan ketika semuanya telah terhepas
terkubur dalam batu nisan yg keras
mimpi-mimpimu itu tak akan mati...
sampai detik ini akan terus menghiasi.

Selasa, 15 Maret 2011

PROBLEM EKSISTENSI

Siapa yang sanggup meredam kesepian adam.
Bahkan keelokan surga-Nya tak mampu meredam.
Sehingga dari tulang rusuk adam tercipta.
Jawaban Tuhan atas risau hatinya.

Manusia dan masalahnya pada prinsipnya adalah sama.
Dalam mengambil makna arti dari rangkaian peristiwa.
Menentukan luas kesadaran subyektif rasio kognitif.
Otoritas dari integritas jiwa yang relatif dan kualitatif.

Manusia pasti menghadapi problem eksistensi.
Semangat mereka untuk menjunjung tinggi nilai.
Di dalam batas-batas alam, sejarah dan masyakat.
Sepanjang hayat melekat sebelum menjadi mayat.

Sebelum menutup-nutupi sisi gelap manusia.
Ada filsuf bijak berkata:
"DE VIVIS NIL NISIM BONUM"
"Hidup tidak membiarkan kita berkata sepatah pun selain kebaikan"

Kamis, 24 Februari 2011

Syair indah di pasir

Sejenak kau hadir.
Mengusir jenuh ku dengan senyuman di bibir.
Tak pernah terpikir.
Berapa banyak waktu yang mubazir.
Di sisa-sisa penantian tak pernah berakhir.
Getir menengadah jauh di titik nadir.
Hati ini mulai lalai berdzikir.
Sibuk hiruk pikuk mengejar takdir.
Dan roman ego pun sudah khawatir.

Ada syair-syair indah tertulis di pasir.
Kemilau maknanya laksana batu sapir.
Tafsir mu ejawantahkan esensi bathin yang tajir.
Ku terima dalam ekspresi emosi kikir.
Semilir angin jadi saksi jiwa berdesir.
Sesal air mata berderai di pinggir hilir.
Meresapi butir-butir asa telah terlampir.



_Ungaran, 2 feb 2011
02.11_

Jumat, 11 Februari 2011

Pluralisme Sosial


Berbicara tetang Pluralisme, sebagian orang tentu mengingat fatwa MUI tetang pengharaman sebuah isme (aliran) atau pemahaman kesamaan antara semua agama itu adalah benar. Penulis sependapat dengan fatwa tersebut, karena kebenaran agama adalah suatau aspek credo (keyakinan), di setiap agama manapun. Tentunya setiap agama mempunyai ciri masing-masing yang memegang baik ritus maupun  nilai-nilai yang diyakini adalah hakiki.
Menjadi sangat riskan adalah justru agama menjadi sebuah jarak. Kategorisasi yakni ingroup dan outgroup, identifikasi dan perbandingan dimana hal tersebut akan membagi dunia individu menjadi dua kategori yang berbeda, yaitu orang lain yang satu kelompok dengannya (ingroup) dan orang lain yang berbeda kelompok dengannya (outgroup) (Sarwono, 2006, hal 23)  . Misalnya istilah “domba yang tersesat” atau “kafir”; adalah sikap outgroup.
Menurut Soekanto (Huraerah & Purwanto, 2006, hal 21) ingroup adalah kelompok sosial dengan mana individu mengidentifikasikan dirinya. Sedangkan outgroup adalah individu sebagai kelompok yang menjadi lawan “ingroupnya”, yang sering dihubungkan denagn istilah “kami” atau “kita” dan “mereka”. Sikap ingroup pada umumnya didasarkan pada faktor simpati dan selalu mempunyai perasaan dekat dengan anggota-anggota kelompok. Sedangkan sikap outgroup selalu ditandai dengan suatu kelainan yang berwujud antagonisme atau anti pati.
Adanya sikap ingroup dan outgroup (Huraerah & Purwanto, 2006, hal 7) jika ada kelompok manusia yang mempunyai tugas yang sulit atau mengalami kesulitan hidup bersama, mereka akan menunjukan tingkah laku khusus. Apabila orang lain di luar kelompok itu bertingkah laku seperti mereka, mereka akan menyingkirkan diri. Sikap menolak yang ditunjukan oleh kelompok yang oleh kelompok itu disebut sikap outgroup atau sikap terhadap “orang luar”. Kelompok manusia itu menunjukan orang luar untuk membuktikan kesediannya berkorban bersama dan kesetiakawanannya, baru kemudian menerima orang itu dalam segala kegiatan kelompok. Sikap menerima itu di sebut sikap ingroup atau sikap terhadap “orang dalam”.

Senin, 24 Januari 2011

RENUNGAN

Kita baru menyadari tentang makna dan arti berharga/bernilai ketika sudah kehilangan. Ketika ’sesuatu’ itu tidak ada, kita baru menyadari betapa pentingnya ’sesuatu’ tersebut. Ada satu cerita yang ingin kuceritakan, semoga bisa diambil himahnya. Adalah ketika kehilangan ibu. Baru ku sadari arti kasih sayang abadi. Dulu ketika beliau masih ada aku suka membantah, marah, ngambek dll. Ibu adalah orang paling galak di dunia. Semuanya sirna pudar hilang sudah. 14 Februari 2009, menjadi moment yang paling pahit, tepat ibu dimakamkan. Mungkin tak ada yang bisa merasakan, kalau belum merasakan pengalaman itu sendiri. Jangan pernah katakan cabe itu pedas kalau kita makan. Tapi sebelum anda merasakan pedasnya itu aku akan berkata:
Rasanya perih...!!! hampa dan hanya ada air mata. Benar kata Khalil Gibran:

"ibu adalah segalanya.

Ibu adalah penegas kita dilaka lara, impian kta dalam rengsa, rujukan kita di kala nista.

Ibu adalah mata air cinta, kemuliaan, kebahagiaan dan toleransi. Siapa pun yang kehilangan ibunya, ia akan kehilangan sehelai jiwa suci yang senantiasa merestui dan memberkatinya".