Kamis, 24 Februari 2011

Syair indah di pasir

Sejenak kau hadir.
Mengusir jenuh ku dengan senyuman di bibir.
Tak pernah terpikir.
Berapa banyak waktu yang mubazir.
Di sisa-sisa penantian tak pernah berakhir.
Getir menengadah jauh di titik nadir.
Hati ini mulai lalai berdzikir.
Sibuk hiruk pikuk mengejar takdir.
Dan roman ego pun sudah khawatir.

Ada syair-syair indah tertulis di pasir.
Kemilau maknanya laksana batu sapir.
Tafsir mu ejawantahkan esensi bathin yang tajir.
Ku terima dalam ekspresi emosi kikir.
Semilir angin jadi saksi jiwa berdesir.
Sesal air mata berderai di pinggir hilir.
Meresapi butir-butir asa telah terlampir.



_Ungaran, 2 feb 2011
02.11_

Jumat, 11 Februari 2011

Pluralisme Sosial


Berbicara tetang Pluralisme, sebagian orang tentu mengingat fatwa MUI tetang pengharaman sebuah isme (aliran) atau pemahaman kesamaan antara semua agama itu adalah benar. Penulis sependapat dengan fatwa tersebut, karena kebenaran agama adalah suatau aspek credo (keyakinan), di setiap agama manapun. Tentunya setiap agama mempunyai ciri masing-masing yang memegang baik ritus maupun  nilai-nilai yang diyakini adalah hakiki.
Menjadi sangat riskan adalah justru agama menjadi sebuah jarak. Kategorisasi yakni ingroup dan outgroup, identifikasi dan perbandingan dimana hal tersebut akan membagi dunia individu menjadi dua kategori yang berbeda, yaitu orang lain yang satu kelompok dengannya (ingroup) dan orang lain yang berbeda kelompok dengannya (outgroup) (Sarwono, 2006, hal 23)  . Misalnya istilah “domba yang tersesat” atau “kafir”; adalah sikap outgroup.
Menurut Soekanto (Huraerah & Purwanto, 2006, hal 21) ingroup adalah kelompok sosial dengan mana individu mengidentifikasikan dirinya. Sedangkan outgroup adalah individu sebagai kelompok yang menjadi lawan “ingroupnya”, yang sering dihubungkan denagn istilah “kami” atau “kita” dan “mereka”. Sikap ingroup pada umumnya didasarkan pada faktor simpati dan selalu mempunyai perasaan dekat dengan anggota-anggota kelompok. Sedangkan sikap outgroup selalu ditandai dengan suatu kelainan yang berwujud antagonisme atau anti pati.
Adanya sikap ingroup dan outgroup (Huraerah & Purwanto, 2006, hal 7) jika ada kelompok manusia yang mempunyai tugas yang sulit atau mengalami kesulitan hidup bersama, mereka akan menunjukan tingkah laku khusus. Apabila orang lain di luar kelompok itu bertingkah laku seperti mereka, mereka akan menyingkirkan diri. Sikap menolak yang ditunjukan oleh kelompok yang oleh kelompok itu disebut sikap outgroup atau sikap terhadap “orang luar”. Kelompok manusia itu menunjukan orang luar untuk membuktikan kesediannya berkorban bersama dan kesetiakawanannya, baru kemudian menerima orang itu dalam segala kegiatan kelompok. Sikap menerima itu di sebut sikap ingroup atau sikap terhadap “orang dalam”.