Rabu, 10 November 2010

SUMBANGAN TEORI HUMANISTIK TERHADAP PENDIDIKAN


Dalam dunia pendidikan mempunyai dua stream utama, yang pertama mengfokuskan pada peranan pendidikandalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa (disebut direct Instruction) dan yang kedua menfokuskan pada keluaran afektif, yaitu belajar tetang bagaimana belajar dan meningkatkan kreatifitas dan potensi manusia (Gerakan Humanistic Education), yang dominant di Amerika di awal tahun 1970-an.

Gerakan pendidikan humanistic merupakan penerus gerakan pendidikan progresifnya John Dewey tahun 1920-1930, yang merupakan gerakan reaksi terhadap penggunaan drill dan rate learning berlebihan dari sekolah tradisional. Hal penting pada dunia pendidikan humanistic adalah siswa harus mempunyai substantial hand dalam mengarahkan diri mereka, memilih apa yang akan dipelajari, sampai taraf mana ia belajar, kapan dan bagaimana ia belajar. Gagasan tersebut dimaksudkan agar siswa memiliki self direct, self motived dan bukan sebagai penerima pasif informasi.

Pendidikan humanistic menyentuh tujuan afektif sebanyak tujuan kognitif. Untuk mencapai tujuan afektif misalnya, Glasser dan Lefkowitz menyelenggarakan class meeting untuk mendiskusikan problem-problem interpersonal, nilai-nilai seperti; tenggang rasa, kerja sama, kejujuran, saling menghormati, dsb. Pendidikan humanistic menolak kenaikan kelas, menolak memberikan nilai pada tes-tes standart, melaikan dengan evaluasi tertulis terhadap pemecahan masalah (problem solving)  atau melakukan kegiatan eksperimen.

Prinsip lain dari pendidikan humanistic adalah bahwa pendidika harus mengajar bagaimana belajar, mengevaluasi belahar dan hasil belajar untuk kepentingan bersama sendiri. Oleh karena itu pendidikan humanistic sering kali memakai aktifitas open-ended dimana siswa harus memperoleh informasi, membuat keputusan, memecahkan problem dan menciptakan produk sendiri. Misalnya guru sejarah sebelum mengajar sejarah Mesir, tanpa bimbingan dan informasi apapun dari guru. Para siswa diminta menulis impresi mereka dalam jurnal dan membuat hipotesis tetang arti dan makna karya tersebut. Kemudian mereka kembali ke kelas dan mempelajari Mesir selama dua minggu. Pada akhir aktivitas siswa dibawa lagi ke museum untuk membandingkan hipotesis-hipotesis mereka dengan apa yang mereka ketahui tetang mesir.

Tujuan yang dicapai disini ada dua hal yaitu:
1.    Pemahaman tetang sejarah mesir
2.    Memberikan pengalaman pada siswa meneliti sesuatu untuk dirinya sendiri, pengalaman menggunakan pikiran dan imaginasinya untuk belajar, memberi pengalaman betapa kayanya dunia dengan informasi yang dapat dimengerti apa bila kita mengetahui bagaimana kita mendapatkan informasi tersebut dan meberikan pengalaman bahwa belajar itu menyenangkan.

Program pengajaran yang lebih dekat dengan humanistic education pada awal tahun 1970 adalah open-school atau open class. Open school menggunakan learning station (lingkungan belajar) yang berisi proyek-proyek tugas/kerja, buku kerja dengan unit-unit belajar yang terindividual.

Aplikasi Terhadap dunia pendidikan
     Pendekatan humanistic menekankan pada ketiga domain yaitu; kognitif, afektif dan konatif. Peranan pendidikan adalah melaksanakan segala sesuatu untuk membantu individu membangun jati diri dan konsep dirinya. Siswa dilibatkan dalam proses belajar dengan memberi pengalaman-pengalaman sukses, diakui, diterima dihargai. Disini pendidik memperlakukan siswa sebagaimana manusia dengan segala kebutuhannya.
Sebagai digambarkan dalam hirarki of needs Abraham Maslow:
1.    kebutuhan fisiologis (physiological of need)
2.    kebutuhan rasa aman (safety of need)
3.    kebutuhan akan diharagai dan dicintai (love ang belonging need)
4.    kebutuhan harga diri (self esteem need)
5.    kebutuhan aktualisasi diri (self actualization)

Bila digambarkan hirarki kebutuhan menurut Maslow:





Pendekatan Humanistik
1. Self Approach
mendidik siswa mempelajari ilmu pengetahuan saja tidak cukup untuk membantu menghadapi tantangan global. Perlu dibentuk konsep diri positif bahwa siswa akan berani mengarungi hidup dengan percaya diri, mandiri dan tidak mudah putus asa.

2. Creativity Approach

manusia pada dasarnya mempunyai potensi positif kreatif dan melaklukan aktifitas yang kreaktifitas akan membantu konsep diri positif. Seperti halnya sukses membawa sukses, aktivitas kreatif menimbulkan kreativitas berikutnya. Semakin banyak individu terbuat pada individu terlibat dalam kegiatan-kegiatan kreatif maka akan membuat individu semakin kreatif. Sebaliknya tidak memiliki kesempatan untuk menyalurkan kreativitas maka akan menurunkan potensi individu untuk mengaktualisasikandirinya secara optimal apabila ia tidak kreatif.
Kreativitas siswa dapat muncul melalui lima macam tingkah laku kreatif:
a.    Fluency, yaitu kemampuan untuk menemukan ide-ide dalam memecahkan masalah.
b.    Flexibility, yaitu kemampuan menemukan berbagai macam ide untuk suatu masalah di luar kategori yang biasa.
c.    Originality, yaitu kemampuan memberikan respon-respon yang unik atau luar biasa.
d.    Elaboration, yaitu kemampuan memberikan pengarahan secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan.
e.    Sensitivity, yaitu kecakapan menakap masalah dari suatu situasi.

3. Value Clarification and Moral Development Approach
pendekatan humanistic dimaksud untuk meningkatkan manifestasi potensi dalam usahanya menuju aktualisasi diri. Individu hidup dalam hidupnya selalu ingin mengembangkan sikap dan nilai-nilai yang diyakininya. Tujuan value clarification ialah membantu siswa dalam mengembangkan proses dan cara yang dipakai untuk menentukan nilai mereka sendiri. Guru harus bersikap terbuka dan menerima pendapat, pandangan siswa serta membantu mereka menyatakan sikap dan nilai-nilai yang diyakininya. Oleh karena itu perlu diciptakan komunikasi dua arah antara pendidik dan siswanya, jangan ada gap antara keduanya.

4. Multi Talent Approach
menurut Guilford manusi memiliki 120 potensi bakat atau talenta. Manifestasi dan pengembangan bakat-bakat tersebut akan membengun konsep diri dan menunjang kesehatan mental individu. Pada multi talent approach pendidik berperan sebagai fasilitator belajar dengan memberikan bimbingan, menghargai semua bakat dan memberi kesempatan luas agar siswa tumbuh menjadi individu yang memiliki self concept yang positif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar