Rabu, 08 Desember 2010

Sugesti dalam pespektif Islam


Kita hampir tidak menyadari seberapa besar kita bergantung pada sugesti dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam membentuk opini kita tentang orang lain. Pujian atau celaan orang lain yang sampai ketelinga kita segera tampak oleh kita sebagai suatu kebenaran. Hanya sedikit saja orang di dunia ini orang yang dapat menolak sugesti yang semestinya kepada dirinya dari orang lain, meski mereka tidak mengetahui fakta-fakta itu sendiri. Kita mungkin akan berprasangka terhadap seseorang yang belum pernah kita lihat, tak pernah kita kenal, hanya karena apa yang dikatakan oleh orang lain tetangnya. Yamg paling menarik adalah kita sering meragukan pujian dan cenderung mempercayai celaan. Hal ini terjadi karena pengalaman kita membuat kita pesimistia.

Ketika menimbang psikologi massa, kita melihat betapa sering irang-orang besar yang benar-benar telah bekerja untuk pertisipannya, dalam kapasitas apa pun, merasa tidak suka tatkala ada orang berbicara menetang mereka. Pada saat ini, ketika kehidupan di dunia bersifat otomatis dan kita semua bergantung pada apa yang dikatakan surat kabar; kita secara kolektif mengubah opini kita terhadap orang lain, hanya mendapat sanjungan dan kita juga tidak banyak mengretahui mengapa seseorang disalahkan. (Inayat Khan, 2001)

SUGESTI
Menurut ilmu metafisika, salah satu cara untuk membuat efek sugesti adalah dengan konsentrasi. Ada dua hal yang bisa dicapai dengan konsentrasi; pertama, menetapkan suatu pikiran dalam seseorang dan yang kedua menanamkannya. Ketika seseorang melatih kosentrasi, ia akan mampu menciptakan kekuatan pikiran apa pun yang di inginkannya, dan dapat menanamkan suatu pikiran yang dia inginkan agar tetap di dalam akalnya.

Cara terbaik untuk bereaksi terhadap suatu sugesti adalah berupaya untuk menemikan fakta-fakta. Tetapi yang sering dilakukan orang adalah berusaha menemikan fakta berdasarkan sugesti itu. Persis seperti cerita Othello, ketika dia mulai meneliti tetang Desdemona, maka ia memahami segala sesuatu berdasarkan sugesti yang dating kepadanya.

Watak dasar pikiran adalah sedemikian rupa sehingga sugesti yang pertama akan menciptakan kesan yang dalam, dan sugesti berikutnya hanya akan membuat sedikit terkesan. Dapatkah seseorang mengulangi setiap hal dengan sugesti ? dapat dilakukan, tetapi tidak dapat dikatakan. Ada banyak persoalan besar yang dapat diselesaikan, tetapi ketika seseorang ingin membicarakannya sangatlah sulit.

Sugesti dalam Praktik
Menurut Inayat Khan dalam bukunya Spiritual Dimensions of Psychology, Sugesti dalam praktiknya, mempunyai empat aspek:
1.    sugesti yang dibuat untuk diri sendiri;
-    secara sengaja
-    untuk dirinya sendiri tanpa mengetahui maksud tujuannya.

2.    sugesti yang dibuat untuk orang lain;
-    digunakan untuk menolong orang lain
-    karena ketidak tahuannya
3.    sugesti yang dibuat makhluk yang lebih rendah tingkatnya;

4.    sugesti yang sedikit diketahui oleh dunia keilmuan dan hanya dimengerti oleh para ahli mistik, yaitu sugesti yang dibuat untuk subyek tertentu

Semua cara-cara seperti praktik-praktik melantunkan nama-nama sacral dan mengulang-ulang nyanyian ruhani di sebuah rumah baru, adalah sugesti dan akan berpengaruh meskipun ditujuakn kepada objek-objek. Bagaimanapun, hal tersebut mungkin tampak bodoh dari luar; tapi faktanya yang ada menunjukan bahwa semua hal dan segala wujud menampilkan kehidupan, walupun banyak yang lebih terbuka terhadap perasaan, serta yang lainnya tampak kurang terbuka. Tetapi, meskipun yang belakang terbuka terhadap sugesti, kitalah yang tidak terbuka untuk melihat bahwa mereka menerimanya. Orang yang mengetahui misteri ini, akan mengetahui hokum alam yang luar biasa. Begitu suatu jiwa terbuka terhadap misteri ini, kehidupan mulai menyingkapkan dirinya, dan ia mulai berkomunikasi dengan kehidupan.

SUGESTI DALAM ISLAM
Kemampuan istimewa yang dimiliki mansuia berpangkal dari kalbu yang ada dalam diri orang tersebut. Bila kalbu seseorang bening/bersih, maka ia siap menerima cahaya tuhan. Dalam keadaan demikian, berbagai keistimewaan berupa kemampuan untuk mengetahuimaupuan kemampuan berbuat bekalan dimiliki manusia. Sekalipun demikian, kemampuan istimewa juga dapat dimiliki sebaliknya, yaitu dengan menggelapkan hati. Dalam keadaan hati gelap, maka manusia menyediakan diri dikendalikan hawa nafsu dan jin jahat (setan).

Aspek auto-sugesti dalam shalat
Dalam Islam merupakan sebagai tiang agama. Disebutkan Sentot Hariyanto dalam bukunya Psikologi Shalat menyatakan; dalam aspek psikologis shalat diantaranya adanay auto-sugesti. Seperti yang telah disinggung dimuka sugesti mandiri merupakan metemorfosa dari rangkaian esensi makna shalat yang didalam banyak menyangkut aspek, baik aspek psikologis maupun fisiologis.

Bacaan-bacaan dalam shalat berisi hal-hal yang baik, berupa pujian, mohon ampun, doa maupun permohonan yang lain. Hal iniseseuai dengan arti shalat itu sendiri, yaitu shalatberasal dari bahasa arab berarti doa mohon kebajikan dan pujian. Ditinjau dari teori hypnosis pengucapan kata-kata tersebut memberikan egek mengsugesti pada yang bersangkutan. Menurut Tholes (1992) auto-sugesti/sugesti mandiri adalah suatu upaya untuk membimbing diri pribadi melalui proses pengulangan suatu rangkaian ucapan secara rahsia kepada diri sendiri yang menyatakan suatu keyakinan atau perbuatan.

Platonov dalam eksperimennya dengan menggunakan kata-kata terbukti menimbulkan perubahan sesuai dengan kata-kata tersebut atau makna  kata-kata yang     diucapkan, pada eksperimannya ia menggunakan kata-kata “tidur…tidur…tidur…” ternyata individu yang disugesti tersebut menjadi tidur. Diakui oleh Charles Tart bahwa hypnosis, persepsi dalam dan penggunaan obat-obat psikotropika memiliki efek yang hampir sama, namun penggunaan obat-obatan akan mengakibatkan kecanduan atau kerusakan baik pada diri sendiri maupun lingkungan.

Hal ini didukung oleh De Poter dan Hernacki dalam bukunya Quantum Learning yang menyebutkan bahwa konsep ini berasal dari konsep Dr. Georgi Lozanov yang melakukan eksperimen yang disebut sugestology atau sugestopedia yang pada prinsipnya bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi situasi belajar. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai seseorang yang sepertinya tersugesti oleh seseorang yang baru saja dikenalkannya, kemudiannya uangnya atau barang-barang berhaganya diserahkan orang tersebut, hal ini sering disebut “ilmu gendam”.

Terlepas dari itu semuanya, dalam ibadah vertical ini (shalat) terdapat suatu rahasia yang secara langsung maupun tak langsung memberi sebuah power/kekuatan untuk manusia. Efek dari sugesti ini juga termaktub dalam nilai ritus ibadah. Maka dalam Al Qur’an Allah SWT berfirman:
Artinya:
 Bacalah serta ikutlah (wahai Muhammad) akan apa yang diwahyukan kepadamu dari Al-Quran dan dirikanlah sembahyang (dengan tekun); sesungguhnya sembahyang itu mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar dan sesungguhnya mengingati Allah adalah lebih besar (faedahnya dan kesannya) dan (ingatlah) Allah mengetahui akan apa yang kamu kerjakan.
(Q.S Al Ankabut ayat 45)

Fuad Nashari dalam Potensi-potensi Manusia menjelaskan bahwa aktualisasi potensi manusia berupa hadirnya berbagai kemampuan istimewa menunjukan bahwa bila hati berkembang menjadi bening, maka ia akan menjadi poros adanya kemampuan manusia. Suatu wujud pengembangan diri manusia, tapi memoroskan diri manusia, sehingga ia yang menjadi control.




DAFTAR PUSTAKA

1.    Haryanto. 2001. Psikologi Shalat. Yogyakarta: Pustaka pelajar
2.    Khan, Inayat. 2000. Dimensi Spiritual Psikologi. Cetakan Pertama. Terjemahan. Andi Haryadi. Bandung: pustaka Hidayah
3.    Nashari, Fuad. 2005. Potensi-potensi manusia. Yogyakarta: pustaka Pelajar
4.    Oemarjoedi, A. Kasandra. 2003. Pendekatan Cognitif Behavior dalam Psikoterapi. Jakarta: kreativ Media
5.    ALQur’an dan terjemahannya. Tim Depag RI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar