Senin, 24 Januari 2011

RENUNGAN

Kita baru menyadari tentang makna dan arti berharga/bernilai ketika sudah kehilangan. Ketika ’sesuatu’ itu tidak ada, kita baru menyadari betapa pentingnya ’sesuatu’ tersebut. Ada satu cerita yang ingin kuceritakan, semoga bisa diambil himahnya. Adalah ketika kehilangan ibu. Baru ku sadari arti kasih sayang abadi. Dulu ketika beliau masih ada aku suka membantah, marah, ngambek dll. Ibu adalah orang paling galak di dunia. Semuanya sirna pudar hilang sudah. 14 Februari 2009, menjadi moment yang paling pahit, tepat ibu dimakamkan. Mungkin tak ada yang bisa merasakan, kalau belum merasakan pengalaman itu sendiri. Jangan pernah katakan cabe itu pedas kalau kita makan. Tapi sebelum anda merasakan pedasnya itu aku akan berkata:
Rasanya perih...!!! hampa dan hanya ada air mata. Benar kata Khalil Gibran:

"ibu adalah segalanya.

Ibu adalah penegas kita dilaka lara, impian kta dalam rengsa, rujukan kita di kala nista.

Ibu adalah mata air cinta, kemuliaan, kebahagiaan dan toleransi. Siapa pun yang kehilangan ibunya, ia akan kehilangan sehelai jiwa suci yang senantiasa merestui dan memberkatinya".




Cerita ekstrem yang nyata dari saudara saya korban gempa 2006 yang meluluh lantahkan Jogjakarta. Pasca gempa yang merobohkan hampir seluruh rumah di desanya, beberapa saat muncul isu akan terjadi tsunami. Singkat cerita karena panik maka berlarilah para warga ke bukit. Bertahan 2 hari satu malam, karena setelah ditunggu tidak terjadi apapun.
Paginya warga pun turun kembali, dan ketika itu ada bantuan nasi bungkus. Nasi yang sangat sederhana dengan sayur sedikit dan lauk tahu. Menurut saudara ku itu adalah makanan yang terlezat yang pernah ia makan di dunia ini.
Nikmat Allah mana lagi yang hendak kita ingkari ? Maka benar apa yang disabdakan rasulullah; ingatlah lima perkara:
1.    Sehat sebelum sakit
2.    Muda sebelum tua
3.    Kaya sebelum miskin
4.    Lapang sebelum sempit
5.    Hidup sebelum mati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar