Senin, 24 Januari 2011

RENUNGAN

Kita baru menyadari tentang makna dan arti berharga/bernilai ketika sudah kehilangan. Ketika ’sesuatu’ itu tidak ada, kita baru menyadari betapa pentingnya ’sesuatu’ tersebut. Ada satu cerita yang ingin kuceritakan, semoga bisa diambil himahnya. Adalah ketika kehilangan ibu. Baru ku sadari arti kasih sayang abadi. Dulu ketika beliau masih ada aku suka membantah, marah, ngambek dll. Ibu adalah orang paling galak di dunia. Semuanya sirna pudar hilang sudah. 14 Februari 2009, menjadi moment yang paling pahit, tepat ibu dimakamkan. Mungkin tak ada yang bisa merasakan, kalau belum merasakan pengalaman itu sendiri. Jangan pernah katakan cabe itu pedas kalau kita makan. Tapi sebelum anda merasakan pedasnya itu aku akan berkata:
Rasanya perih...!!! hampa dan hanya ada air mata. Benar kata Khalil Gibran:

"ibu adalah segalanya.

Ibu adalah penegas kita dilaka lara, impian kta dalam rengsa, rujukan kita di kala nista.

Ibu adalah mata air cinta, kemuliaan, kebahagiaan dan toleransi. Siapa pun yang kehilangan ibunya, ia akan kehilangan sehelai jiwa suci yang senantiasa merestui dan memberkatinya".